Dzikrullah berarti menyebut Allah atau mengingat Allah. Dengan demikian zikir bisa dilakukan dengan,
- Pertama, secara lisan, yakni dengan menyebutkan atau mengucapkan kalimat thayyibah.
- Kedua, zikir dengan merenungkan ciptaan Allah yang akan menyadarkan diri kita tentang keagungan Allah. "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda2 bagi orang2 yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia2. Maha suci Engkau" (QS 3;190-191)
- Ketiga, zikir dengan qalbu, yakni dengan perjuangan, pendidikan dan pelatihan guna memenuhi perasaan (emosi) dan keruhaniaan (spiritual) bahwa Allah dekat dan terlibat dalam keseharian kita sehingga perasaan kita connection dengan Allah.
- Keempat, zikir dalam bentuk sikap dan perilaku kita yang menirukan akhlak Allah terhadap sesama makhluk Allah dengan cinta, kasih sayang, peduli dan berbagi dengan mereka, melindungi dan memberikan atensi terhadap nilai kemanusiaan.
Bilangan Dzikir,
bilangan dzikir hanya bagian kecil saja dari dimensi-dimensi dzikir, yakni berkenaan dengan dzikir lisan. Dalam hal ini Al Qur'an menegaskan:
Wahai orang-orang beriman! Dzikirlah kalian kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.
(QS Al-Ahzab/33: 41).
Pada ayat ini perintah dzikir bersifat kualitatif bukan kuantitatif.