Sabtu, 02 Januari 2010

Gus Dur

Gus Dur di Mata para Pengurus Ponpes Roudhlotul Tholibin
Kehilangan bagi Bangsa dan Dunia


Wafatnya mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membawa duka tersendiri bagi para santri, pengasuh, maupun warga di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Roudhlotul Tholibin di kampung Leteh Kecamatan Kota.

LANANG WIBISONO, Rembang

--------------------------

PONPES yang diasuh KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) memang sempat dikunjungi Gus Dur beberapa hari sebelum fisiknya drop saat berkunjung ke Jombang, (24/12). Gus Dur sempat berkunjung ke Leteh untuk menemui sahabat serta temannya, Gus Mus.

Maka dari itu, Rabu (30/12) malam setelah ada kabar meninggalnya Gus Dur, pengasuh ponpes, santri, serta warga di sekitar pondok, langsung melakukan salat jenazah bersama-sama.



Ketika ditemui di sela-sela acara tahlilan bersama, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mantan juru bicara Gus Dur dan juga orang yang pernah dekat dengan Gus Dur dan saat ini menjadi salah satu pengasuh Pondok Pesantren Roudhlotul Tholibin Rembang mengatakan, meninggalnya Gus Dur merupakan suatu momen di mana Indonesia dan dunia pada umumnya kehilangan seseorang yang dianggapnya sangat besar.

Sebab, sosok Gus Dur merupakan satu-satunya pemimpin di Indonesia yang masih memegang teguh dan percaya pada cita-cita Bung Karno. Dijelaskannya, bahwa cita-cita Bung Karno yang dia maksud adalah untuk menjadikan bangsa Indonesia tidak hanya sekadar merdeka secara lebel saja, namun merdeka secara hirarki dan mempunyai peran dalam peradaban dunia.

''Beliau percaya, cita-cita yang dipegang Bung Karno merupakan arah yang harus ditempuh. Maka, waktu menjadi pemimpin, baik di NU maupun pemimpin Indonesia, Gus Dur selalu mengerahkan tenaganya mengejar cita-cita Bung Karno. Meninggalnya Gus Dur merupakan saat kehilangan bagi kami, bagi Indonesia dan bagi dunia,'' tegasnya.

Namun dirinya mengatakan, bahwa sebenarnya proses kehilangan ini sudah terjadi sejak 12 tahun yang lalu, tepatnya saat Gus dur terkendala gangguan fisik dan kesehatannya. Dikarenakan saat mulai mengalami sakit 12 tahun lalu, menurutnya Gus Dur mulai membatasi diri dalam proses mengabdi kepada bangsa.

''Sejak Gus Dur sakit, kita sudah merasa kehilangan. Karena beliau tidak bisa mengerahkan seluruh tenaganya untuk bangsa ini. Jika waktu memimpin Gus Dur dalam kondisi sehat, saya yakin bangsa Indonesia bisa lebih baik dari yang sekarang ini,'' ungkapnya.

Jelasnya lagi, proses kedekatan dirinya dengan Gus Dur sejak tahun 1998, tepatnya saat PKB didirikan, merupakan pengalaman bagi dirinya yang tidak mungkin bisa dilupakan. Gus Dur, di matanya, merupakan sosok besar yang hanya bisa dipadani oleh tokoh pendiri bangsa Indonesia, yaitu Sukarno.

''Bagi saya, Gus Dur tidak bisa digambarkan dalam kalimat pendek selain orang besar. Beliau hanya bisa disepadankan dengan Bung Karno. Semangat juangnya untuk bangsa sebanding dengan Bung Karno. Di mata saya, beliau orang besar yang dimiliki Indonesia setelah Bung Karno. Semoga setelah ini ada orang besar pengganti beliau, yang rasa cintanya kepada bangsa sama dengan rasa cinta Bung Karno pada bangsa Indonesia,'' katanya. (*/nto)