1. Coba sekali-kali ditanyakan kepada Penatar manasik yang sering menyebut HAJI MABRUR itu. Kira-kira apa jawabnya?. Soalnya, yang selalu ditatarkan itu soal bagaimana tawaf, sa'i, wukuf, melempar jumrah YANG BENAR?
2. Padahal TAWAF itu kan 'hanya' mengitari Ka'bah; SA'I 'hanya' hilir mudik; Shafa-Mawah; WUKUF malah 'hanya' berdiam diri (Jawa: thenguk2); LEMPAR JUMRAH seperti melempar2 yang lain.
3. Apa sulitnya berputar-putar memutari Ka'bah, hilir-mudik (Jawa:riwa-riwi) Shafa-Marwah, berdiam diri, dan melempar? Ibadah haji itu ibadah amaliyah; tidak seperti shalat yang harus ada bacaannya segala. Jadi asal 'mutar-mutar'nya, 'hilir-mudik'nya, 'thenguk2'nya, 'melempar'nya plus niat dan urut-urutannnya benar, sudah sah hajinya. Doanya? Tidak harus bahasa Arab. Bahasa Ibu juga boleh. Tuhan bisa bahasa apa saja kok.
4. Ibadah Haji dalam pengertian tadi (sah dan memenuhi rukun Islam) adalah untuk kepentingan pribadi yang berhaji saja. Sementara KEMABRURAN HAJI berkaitan dengan KEPENTINGAN ORANG BANYAK, SESAMA HAMBA ALLAH; seperti memberi makan, menolong org, saling mengingatkan, dan sebagainya.
5. Mereka yag berebut mencium Hajar Aswad hingga menyikuti saudara-saudaranya, misalnya, jelas sedang lupa. Mereka mencium Hajar Aswad itu untuk mencari ridha Allah atau untuk menyenangkan diri sendiri? Bila jawab mereka untuk menyenangkan (mencari ridha) Allah, jelas mereka bohong. Bagaimana mau 'menyenangkan' (mencari ridha) Allah dengan menyikuti hamba-hambaNya. Lagi pula mencium Hajar Aswad itu paling tinggi hukumnya SUNNAH, sedangkan menyikut hamba Allah hukumnya HARAM. Bagaimana mencari keSUNNAHan kok dengan cara HARAM? Ini kan seperti KORUPSI untuk SEDEKAH. Wallahu a'lam.
*) diambil dari twitter personal Gus Mus