Apa yang dilakukan oleh agama Ahmadiyah bukan urusan kebebasan HAM, melainkan justru penodaan sebuah agamna kepada agama yang dianut oleh mayoritas yang dipeluk oleh bangsa Indonesia, yaitu agama Islam. Penodaan ini sudah berlangsung sejak masa penjajahan Barat yaitu Inggris kepada umat Islam di India. Kemudian penodaan Islam yang sistematis ini diperluas ke hampir semua negeri Islam.
Uniknya, penodaan ini didesain oleh Inggris agar tetap dilakukan oleh orang-orang yang mantan-mantan umat Islam dengan dibayar uang berlimpah. Karena itu belum pernah ada cerita para aktifis Ahmadiyah rela meninggalkan status Islamnya. Di seluruh dunia mereka tetap ngotot dan memaksakan diri mengaku-ngaku muslim.
Padahal di seluruh dunia Islam, tidak ada satu pun pemerintahan yang mengakui keislaman mereka. Semua pemerintahan Islam di dunia ini sudah sampai ijma` sejak zaman dahulu kala untuk mengatakan bahwa Ahmadiyah adalah agama tersendiri di luar agama Islam.
Kecuali pemerintahan negara yang tidak jelas identitas keislamannya, seperti Indonesia, yang ngotot memaksakana diri untuk mengakui Ahmadiyah sebagai bagian dari kebebasan beragama. Maksudnya, bebas untuk melecehkan agama Islam dengan tetap mengakui Ahmadiyah sebagai agama Islam.
Gubernur Fauzy Bowo yang sewaktu berkampanye jelas-jelas meminta dukungan ulama, saat ini pun masih bersikeras tidak mau menolak Ahmadiyah. Demikian juga Sultan Hamengkubowono X yang seharusnya menjadi Sultannya umat Islam, juga termasuk orang yang tidak jelas pendiriannya terhadap Ahmadiyah. Entah apakah keduanya telah `dibeli` oleh penjajah Inggris, atau karena memang tidak pernah belajar ilmu aqidah Islam, atau entah apalagi alasannya.
Yang jelas ketika para kepala daerah mulai menunjukkan jati diri sebagai muslim yang menggunakan kekuasannya dalam rangka menjaga kemuliaan agamanya, tiba-tbia dua orang itu (Foke dan Sultan) tegas-tegas membela Ahmadiyah.
Kira-kira kalau kita bandingkan, bila seorang berkata kepada temannya bahwa ayah temannya itu adalah seekor monyet, tentu si teman itu berhak marah. Dan kalau si pengejek itu dipukul, rasanya tidak salah-salah amat. Sebab mencela seperti itu sangat menyinggung perasaan orang lain, apa pun alasan yang dikemukakan.
Dan si pengejek jelas tidak boleh berlindung di balik Hak Asasi Manusia (HAM), atau kebebasan berekspresi, atau kebebasan beragama. Agama apa pun tentu tidak terima kalau diejek-ejek seperti itu, lalu si pengejek malah mengaku sebagai pemeluk agama itu juga.
Pelaku penodaan agama Islam ini memang bukan hanya dilakuan oleh pihak agama Ahmadiyah semata, melainkan ada kekuatan asing, dalam hal ini Inggris, yang menjadi cukong atau dalang di balik semua penodaan ini. Penguasa kolonial Inggris ketika masih menjajah India secara fisik kala itu, tegas mengakui diciptakannya agama baru, Ahmadiyah, tetapi dengan menyamar dan mencatut nama agama Islam, merupakan instrumen efektif untuk merusak tatanan agama Islam di negeri itu.
Hal itu dilakukan penjajah Inggris dengan sengaja dan sistematis, lantaran kekuatan umat Islam selalu menjadi halangan besar imperialme Inggris di India. Ibarat menyerang sistem komputer, penjajah Inggris membuat virus yang mematikan untuk mengacaukan agama Islam dan memporak-porandakan umatnya, lewat berbagai fasilitas yang digelontorkan bagi para pembela agama Ahmadiyah.
Di Indonesia, apa yang dilakukan oleh Komnas HAM jelas-jelas merupakan pembelaan kepada agama Ahmadiyah. Tentunya cara-cara yang mereka tempuh amat jauh dari kesan ilmiyah, tidak rasional, terlalu memaksakan diri, tidak melihat kenyataan dan sangat kuat terkesan dibayar.
Sebab sejak awal masuknya agama Ahmadiyah di Indonesia, belum pernah tercatat melahirkan perdamaian. Dimana ada agama Ahmadiyah, pasti disitu terjadi kerusuhan, muncul keresahan dan selalu ada keributan. Realitas ini nampaknya tidak pernah dipikirkan oleh Komnas HAM yang sudah terlanjur membabi buta dalam membela agama Ahmadiyah.
Sungguh keji apa yang dilakukan oleh penjajah Inggris. Tidak mampu mengalahkan perlawanan umat Islam, lalu cara-cara curang dipakainya. Tetapi penguasa Kerajaan Belanda juga pernah melakukannya, ketika mereka menjajah Aceh. Kala itu, Dr. Snouck Hurgronje yang jelas-jelas kafir itu sampai pura-pura masuk Islam, berangkat haji ke Mekkah, belajar bahasa Arab, dan konon sampai banyak menghafal ayat-ayat Al-Quran. Dengan cara itu, kemudian penasehat militer penjajah itu memainkan peran yang amat menentukan dalam jatuhnya tanah Rencong ke pihak penjajah.
Semoga Allah SWT menghancurkan agama Ahmadiyah secepatnya di seluruh dunia. Dan semoga mata hati umat Islam yang terlanjur terkena bujuk rayu gemerincing uang agama Ahmadiyah, dibukakan untuk bisa melihat cahaya kebenaran. Dan semoga para pembela agama Ahmadiyah yang buta mata hatinya segera dikembalikan ke jalan yang benar, agar tidak mendapat kutukan dari Allah SWT.
Dan semoga para kepala daerah yang mengaku beragama Islam tetapi kelakuannya tegas-tegas membela Ahmadiyah, tidak akan pernah terpilih lagi selama-lamanya. Karena mereka dibutakan mata hatinya oleh kekuasaan dan harta, serta dari jalan yang benar. sumber
Wassalam
Uniknya, penodaan ini didesain oleh Inggris agar tetap dilakukan oleh orang-orang yang mantan-mantan umat Islam dengan dibayar uang berlimpah. Karena itu belum pernah ada cerita para aktifis Ahmadiyah rela meninggalkan status Islamnya. Di seluruh dunia mereka tetap ngotot dan memaksakan diri mengaku-ngaku muslim.
Padahal di seluruh dunia Islam, tidak ada satu pun pemerintahan yang mengakui keislaman mereka. Semua pemerintahan Islam di dunia ini sudah sampai ijma` sejak zaman dahulu kala untuk mengatakan bahwa Ahmadiyah adalah agama tersendiri di luar agama Islam.
Kecuali pemerintahan negara yang tidak jelas identitas keislamannya, seperti Indonesia, yang ngotot memaksakana diri untuk mengakui Ahmadiyah sebagai bagian dari kebebasan beragama. Maksudnya, bebas untuk melecehkan agama Islam dengan tetap mengakui Ahmadiyah sebagai agama Islam.
Gubernur Fauzy Bowo yang sewaktu berkampanye jelas-jelas meminta dukungan ulama, saat ini pun masih bersikeras tidak mau menolak Ahmadiyah. Demikian juga Sultan Hamengkubowono X yang seharusnya menjadi Sultannya umat Islam, juga termasuk orang yang tidak jelas pendiriannya terhadap Ahmadiyah. Entah apakah keduanya telah `dibeli` oleh penjajah Inggris, atau karena memang tidak pernah belajar ilmu aqidah Islam, atau entah apalagi alasannya.
Yang jelas ketika para kepala daerah mulai menunjukkan jati diri sebagai muslim yang menggunakan kekuasannya dalam rangka menjaga kemuliaan agamanya, tiba-tbia dua orang itu (Foke dan Sultan) tegas-tegas membela Ahmadiyah.
Kira-kira kalau kita bandingkan, bila seorang berkata kepada temannya bahwa ayah temannya itu adalah seekor monyet, tentu si teman itu berhak marah. Dan kalau si pengejek itu dipukul, rasanya tidak salah-salah amat. Sebab mencela seperti itu sangat menyinggung perasaan orang lain, apa pun alasan yang dikemukakan.
Dan si pengejek jelas tidak boleh berlindung di balik Hak Asasi Manusia (HAM), atau kebebasan berekspresi, atau kebebasan beragama. Agama apa pun tentu tidak terima kalau diejek-ejek seperti itu, lalu si pengejek malah mengaku sebagai pemeluk agama itu juga.
Pelaku penodaan agama Islam ini memang bukan hanya dilakuan oleh pihak agama Ahmadiyah semata, melainkan ada kekuatan asing, dalam hal ini Inggris, yang menjadi cukong atau dalang di balik semua penodaan ini. Penguasa kolonial Inggris ketika masih menjajah India secara fisik kala itu, tegas mengakui diciptakannya agama baru, Ahmadiyah, tetapi dengan menyamar dan mencatut nama agama Islam, merupakan instrumen efektif untuk merusak tatanan agama Islam di negeri itu.
Hal itu dilakukan penjajah Inggris dengan sengaja dan sistematis, lantaran kekuatan umat Islam selalu menjadi halangan besar imperialme Inggris di India. Ibarat menyerang sistem komputer, penjajah Inggris membuat virus yang mematikan untuk mengacaukan agama Islam dan memporak-porandakan umatnya, lewat berbagai fasilitas yang digelontorkan bagi para pembela agama Ahmadiyah.
Di Indonesia, apa yang dilakukan oleh Komnas HAM jelas-jelas merupakan pembelaan kepada agama Ahmadiyah. Tentunya cara-cara yang mereka tempuh amat jauh dari kesan ilmiyah, tidak rasional, terlalu memaksakan diri, tidak melihat kenyataan dan sangat kuat terkesan dibayar.
Sebab sejak awal masuknya agama Ahmadiyah di Indonesia, belum pernah tercatat melahirkan perdamaian. Dimana ada agama Ahmadiyah, pasti disitu terjadi kerusuhan, muncul keresahan dan selalu ada keributan. Realitas ini nampaknya tidak pernah dipikirkan oleh Komnas HAM yang sudah terlanjur membabi buta dalam membela agama Ahmadiyah.
Sungguh keji apa yang dilakukan oleh penjajah Inggris. Tidak mampu mengalahkan perlawanan umat Islam, lalu cara-cara curang dipakainya. Tetapi penguasa Kerajaan Belanda juga pernah melakukannya, ketika mereka menjajah Aceh. Kala itu, Dr. Snouck Hurgronje yang jelas-jelas kafir itu sampai pura-pura masuk Islam, berangkat haji ke Mekkah, belajar bahasa Arab, dan konon sampai banyak menghafal ayat-ayat Al-Quran. Dengan cara itu, kemudian penasehat militer penjajah itu memainkan peran yang amat menentukan dalam jatuhnya tanah Rencong ke pihak penjajah.
Semoga Allah SWT menghancurkan agama Ahmadiyah secepatnya di seluruh dunia. Dan semoga mata hati umat Islam yang terlanjur terkena bujuk rayu gemerincing uang agama Ahmadiyah, dibukakan untuk bisa melihat cahaya kebenaran. Dan semoga para pembela agama Ahmadiyah yang buta mata hatinya segera dikembalikan ke jalan yang benar, agar tidak mendapat kutukan dari Allah SWT.
Dan semoga para kepala daerah yang mengaku beragama Islam tetapi kelakuannya tegas-tegas membela Ahmadiyah, tidak akan pernah terpilih lagi selama-lamanya. Karena mereka dibutakan mata hatinya oleh kekuasaan dan harta, serta dari jalan yang benar. sumber
Wassalam