Adanya para alumni pesantren yang menjadi pelaku terorisme merupakan upaya para dalang teror untuk menyudutkan pesantren. Pondok pesantren hanya dimanfaatkan teroris untuk menyudutkan Islam dengan merekrut mantan santri atau mereka yang pernah terdaftar di pesantren.
Sepertinya para teroris punya misi khusus untuk menyudutkan Islam melalui pondok pesantren, karena pendidikan pesantren merupakan salah satu bentuk pendidikan Islam paling mapan dan banyak melahirkan tokoh nasional.
Demikian dinyatakan, Pimpinan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadien Bengkulu, KH Ahmad Muttaqin di Bengkulu, Senin (17/8). Menurut Muttaqin, hal yang ingin dicapai dari misi teroris untuk membuat masyarakat ragu memasukkan putra-putri mereka ke pesantren, takut nanti jadi teroris.
"Padahal orang yang direkrut menjadi pelaku bom bunuh diri cuma satu tahun atau hanya beberapa bulan mondok di pesantren. Sepertinya mereka adalah mantan-mantan santri yang masih dangkal ilmu agamanya yang diincar untuk dijadikan teroris. Bisa juga mereka memang disuruh mondok beberapa saat lalu kemudian melakukan bom bunuh diri," terang Muttaqin.
Leboh lanjut Muttaqin menjelaskan, jika mereka santri sungguhan, belajar sampai tamat tentu akan memiliki ilmu Islam yang memadai, maka tidak akan mudah terpengaruh oleh siapapun untuk berbuat kerusakan seperti meledakkan gedung hotel dan membunuh sesama manusia.
"Karena Islam melarang umatnya membuat kerusakan di muka bumi. Pesantren manapun di Indonesia tidak pernah mendidik santrinya menjadi teroris. Tidak pernah ada hubungan antara teroris dan pesantren atau antara teroris dan Islam," tandasnya. (ant)